Hey! I'm James Hudson
Web Designer

Visit us at

304 Elephanta Isle, Paris
10092, France

Message us

hello@beautiful.com (205) 544-6558

Profil

Foto saya
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Kontak kami

Nama

Email *

Pesan *

Cari Blog Ini

Rapid Growth Rate
That means it’s not the sort of text you’d ever want to claim as your company’s own
Full Video Support
That means it’s not the sort of text you’d ever want to claim as your company’s own
Responsive Design
That means it’s not the sort of text you’d ever want to claim as your company’s own

Formulir Kontak

Name

Email

Pesan

Video

Aksi Teror atau Balas Dendam

Aksi Teror atau Balas Dendam
Oleh : Bung Fariz Mahadhika Putra


Terorisme sebagai bagian dari gerakan radikalisme yang paling mutahir abad ini telah mencapai puncak ancaman peradaban ( Al Qaedah, Taliban dan ISIS ). Kebanyakan orang memandang terorisme semata karena lahir dari pemahaman atas agama yang ekslusif dan kitab suci yang skriptualis, kemudian orang menamainya dengan fundamentalis agama, padahal sebenarnya tidak sesederhana itu fenomena radikalisme-terorisme terbentuk. Geneologi pembentukan gerakan ini sebenarnya telah dimulai jauh sebelum abad 21, yang menempatkan terorisme sebagai gerakan radikal agama. Dalam sejarah gerakan fundamentalis agama yang membentuk gerakan radikal-terorisme telah lama terjadi, yaitu ketika Paus Urban II menyerukan “Perang Suci” 25 november 1095 kepada umat Kristen Eropa untuk menyelamatkan Yerussalem dan wilayah Byzantium dari penguasa Muslim ( Turki Saljuk dari Asia Tengah). Peristiwa Perang Suci menjadi salah satu akar pembentukan gerakan kebrutalan atas nama agama.

Pada dasar ketika ingin membahas tentang teroris maka tidak terlepas dengan akar teroris itu sendiri yaitu, Radikalisme. Radikalisme merupakan pemikiran didasarkan pada keyakinan tentang nilai, ide, dan pandangan yang dimiliki oleh seseorang yang dinilainya sebagai yang paling benar dan menganggap yang lain salah. Orang yang menganut paham ini biasanya tidak mau menerima pemikiran lain, selain yang dimilikinya. Seseorang yang berpaham radikal biasanya diperoleh dari seorang figure tertentu yang dinilai tidak dimiliki orang lain. Kaum radikal ini memberlakukan prinsip “ melihat orang yang mengatakan, bukan apa yang dikatakan. “

Sedangkan radikalisme secara tindakan dan gerakan ditandai oleh aksi ekstrem yang harus dilakukan untuk mengubah suatu keadaan seperti yang diinginkan. Aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok radikalis sesungguhnya juga didorong oleh motif ajaran serta nilai yang diyakininya. Gerakan radikal bertujuan mendirikan system yang sesuai dengan nilai yang dicitakan, yang berbeda dengan yang ada. Istilah terorisme telah menjadi idiom ilmu social yang sangat popular pada decade 1990-an dan awal 2000-an sebagai bentuk kekerasan atas nama agama. Konsep tentang terorisme meneurut Chomsky, istilah terorisme lebih mengarah pada taktik, alat untuk mencapai tujuan tertentu.  Sebagai sebuah taktik, terorisme selalu bisa digunakan kapan saja untuk sebuah aksi bagi suatu kelompok. Jika terorisme dipahami sebagai sebuah taktik, maka sangat keliru orang mendeklarasikan “ perang terhadap terorisme”, karena orang tidak bisa mengalahkan taktik. Terkait tragedi terorisme di Indonesia akhir-akhir ini yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo, terdapat indikasi bahwa aksi ini merupakan aksi balas dendam yang dilakukan oleh kelompok JAD ( Jamaah Ansharut Daulah ). JAD merupakan kelompok teroris yang telah dinyatakan oleh Amerika Serikat sejak tahun 2017, data ini berdasarkan laman Departemen Luar Negeri AS yang menyediakan detail tentang kelompok JAD. Menurut departemen itu, JAD adalah kelompok teroris yang berbasis di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2015 dan terdiri dari hampir dua lusin kelompok ekstremis Indonesia yang bersumpah setia kepada pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.

Dikutip dari pernyataan wawancara Kapolri Jendral Tito Karnavian motif dari terjadi rangkaian aksi teroris dimulai dari pemberontakan  di Mako Brimob hingga bom di Surabaya bukan sekedar masalah makanan yang tidak boleh masuk dari keluarga tetapi adanya Instruksi dari ISIS sentral karena posisi mereka yang terdesak sehingga memerintahkan sel lainnya untuk bergerak. Penyerangan yang dilakukan kelompok JAD ini diduga merupakan aksi balas dendam dikarenakan pemimpin mereka yaitu, Aman Abdurrahman yang ditahan dalam kasus pendanaan dan pelatihan paramiliter bersenjata di Aceh, kemudian yang bersangkutan divonis dan seharusnya keluar bulan Agustus lalu kemudian ditangkap kembali karena diduga keras terkait dengan perencanaan, pendanaan, kasus bom Thamrin di Jakarta awal tahun 2016. Kemudian Kepemimpinan Aman Abdurrahman ini dialihkan kepada tokoh pimpinan JAD Jawa Timur yang bernama Zaenal Anshori dan beberapa minggu kemudian Zaenal ditangkap oleh Mabes Polri dalam kaitan dengan pendanaan untuk memasukkan senjata api dari Filipina selatan ke Indonesia. Maka dari itu aksi terorisme yang terjadi di Surabaya bersangkutan dengan proses hukum yang menimpa para tokoh pimpinan JAD ini, yang membuat kelompok-kelompok jaringan JAD yang ada di Jawa Timur, termasuk yang ada di Surabaya ini, memanas dan ingin melakukan pembalasan. Selain itu hal ini juga bersangkutan dengan dinamika Internasional tadi serta upaya untuk melakukan kekerasan pembalasan atas ditangkapnya pimpinan mereka.
Maka dari itu dapat disimpulkan mengapa trageda pengeboman ini terjadi di Surabaya, karena mereka menguasai daerah ini dengan motif pimpinan meraka ditangkap sekaligus adanya instruksi dari ISIS sentral yang terdesak.


#Merdeka
#GMNIJaya
#MarhaenMenang
Diberdayakan oleh Blogger.